Puskemas Seginim, Kabupaten Bengkulu Selatan, menemukan tiga kasus penyakit kusta pada awal 2011 ini, yakni di Desa Babatan Ilir, Padang Lebar, dan Banding Agung, dan kepada penderitanya dilakukan pengobatan melalui Puskesmas dan obat yang diberikan tidak dipungut biaya alias gratis.
‘’Pada prinsipnya penyakit kusta ini sudah tidak ada lagi, seiring dengan perkembangan zaman. Tapi kenyataannya penyakit kusta masih ditemukan,” papar Kepala Puskesmas Seginim, Dedi Mardianto, SKM, melalui petugas kusta, Edi Supratman, S.Kep, di kantornya, Rabu (9/2) kemarin.
Berdasarkan temuan tim medis dari Puskesmas Seginim, diketahui penderita kusta yang sudah terdeteksi sebanyak tiga orang. Angka tersebut menambah daftar penderita kusta di Seginim, menyusul tahun lalu terdapat 8 kasus penderita kusta.
Menurut Edi, diperkirakan penyakit yang tidak mudah menular ini masih ada lagi. Tapi mungkin warga enggan menyampaikannya kepada petugas karena menganggap kusta merupakan sebuah aib.
“Mungkin masih ada lagi warga yang menderita penyakit kusta, tapi warga malu memberitahu. Kita mengharapkan pada warga agar penderita kusta ini tidak diasingkan,” ungkapnya.
Selain memang masa inkubasi yang cukup lama, penyakit kusta juga sulit menular. Walaupun antara penderita dengan yang belum tertular sering terlibat kontak baik langsung maupun secara tak langsung.
“Jika hanya sekadar gesekan kulit, kecil kemungkinan menular. Kusta bisa menular kalau terjadi gesekan luka yang ada di tubuh penderita dengan tubuh yang belum tertular,” paparnya.
Penyakit kusta awalnya ditandai dengan keluar bintik merah dan bercak putih. Tahap selanjutnya penderita akan mengalami mati rasa, sehingga setiap luka yang dialami tidak dirasakan oleh penderita kusta.
Dari luka inilah kemudian masuk bakteri yang berujung dengan penyakit kusta tersebut. “Pengobatan akan dilakukan dari Dinkes melalui Puskesmas dan obat yang diberikan tidak akan dipungut biaya,” katanya. (MC-Kota Bengkulu)
Berdasarkan temuan tim medis dari Puskesmas Seginim, diketahui penderita kusta yang sudah terdeteksi sebanyak tiga orang. Angka tersebut menambah daftar penderita kusta di Seginim, menyusul tahun lalu terdapat 8 kasus penderita kusta.
Menurut Edi, diperkirakan penyakit yang tidak mudah menular ini masih ada lagi. Tapi mungkin warga enggan menyampaikannya kepada petugas karena menganggap kusta merupakan sebuah aib.
“Mungkin masih ada lagi warga yang menderita penyakit kusta, tapi warga malu memberitahu. Kita mengharapkan pada warga agar penderita kusta ini tidak diasingkan,” ungkapnya.
Selain memang masa inkubasi yang cukup lama, penyakit kusta juga sulit menular. Walaupun antara penderita dengan yang belum tertular sering terlibat kontak baik langsung maupun secara tak langsung.
“Jika hanya sekadar gesekan kulit, kecil kemungkinan menular. Kusta bisa menular kalau terjadi gesekan luka yang ada di tubuh penderita dengan tubuh yang belum tertular,” paparnya.
Penyakit kusta awalnya ditandai dengan keluar bintik merah dan bercak putih. Tahap selanjutnya penderita akan mengalami mati rasa, sehingga setiap luka yang dialami tidak dirasakan oleh penderita kusta.
Dari luka inilah kemudian masuk bakteri yang berujung dengan penyakit kusta tersebut. “Pengobatan akan dilakukan dari Dinkes melalui Puskesmas dan obat yang diberikan tidak akan dipungut biaya,” katanya. (MC-Kota Bengkulu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar