Kota Bengkulu, Info Publik Razia gabungan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bengkulu dan Polda Bengkulu, Selasa (2/8), berhasil menemukan minyak tanah yang diduga kuat hasil oplosan, di salah satu warung di Jalan WR. Supratman, Kota Bengkulu.
Minyak tanah oplosan tersebut telah merenggut korban luka bakar di Kota Bengkulu, Seluma dan Bengkulu Utara.
Minyak tanah yang diduga oplosan tersebut ditemukan di warung milik Choel sebanyak 10 liter. Keyakinan minyak tanah tersebut sebagai oplosan terlihat dari bau dan warna yang berbeda dengan minyak tanah pada umumnya. Cairan minyak tanah berwarna kuning kebiruan dan keruh.
Saat ditanya petugas, Choel mengaku tak tahu bahwa minyak tanah tersebut adalah barang oplosan. Ia mendapat minyak tanah tersebut dari pengecer keliling yang menggunakan motor. Petugas lalu mengambil sample minyak tanah tersebut menggunakan kantong plastik.
Masih di Jalan WR. Supratman, di sebuah toko manisan milik Ucok Arianjar, petugas menemukan sebanyak 350 liter minyak tanah. Meski tak terdapat indikasi oplosan, namun dari warna yang berwarna kuning, petugas memastikan minyak tanah tersebut adalah minyak tanah bersubsidi yang peredarannya sudah dihentikan sejak 3 bulan lalu.
Tapi meski banyak menemukan kejanggalan dalam razia kemarin, baik polisi maupun Disperindag tidak melakukan penyitaan. Termasuk juga temuan “penimbunan” 3 ton minyak tanah yang katanya dari Sumsel tersebut. Disperindag dan Polda Bengkulu justru menyerahkan permasalahan ke Polsek setempat.
Kapolres Bengkulu AKBP. H. Joko Suprayitno, SST, MK melalui Kapolsek Muara Bangkahulu AKP. Irianto, SH menyayangkan penemuan minyak tanah oplosan itu tak langsung dilakukan penyitaan. Tadi malam sekitar pukul 22.00 WIB, Polsek Muara Bangkahulu mendatangi tempat penemuan minyak tanah oplosan. Pihaknya tidak dapat menemui pemilik warung karena sudah tutup.
Senada dengan Kapolsek Muara Bangkahulu, Kapolsek Gading Cempaka AKP Mada Ramadita, S.IK memastikan pihaknya juga belum menerima limpahan apapun terkait razia mitan. (MC Kota Bengkulu/santi).
Minggu, 07 Agustus 2011
PENGERUKAN TAHAP I ALUR PULAU BAAI HAMPIR MENCAPAI TARGET
Alur Sebelum Pengerukan |
Alur Setelah Pengerukan |
Kedalaman alur saat ini dari muka air laut surut terendah (low water spring – LWS), sudah mencapai -6,5 meter sehingga kapal-kapal berbobot 15.000DWT sudah bisa melintas, namun kedalamannya masih harus ditingkatkan untuk mencapai target -10 LWS.
Menurut Ade Hartono usai meninjau proses pengerukan di alur masuk Pulau Baai, Selasa (2/8), alur untuk saat ini dapat dilewati kapal dengan bobot 15.000 DWT.
Sementara ketika kedalaman telah mencapai -10 meter LWS, alur dapat dilewati kapal berbobot 40.000 DWT. “Kami menargetkan kegiatan bongkar muat barang akan mencapai enam juta ton pada tahun 2012 setelah alur mencapai -10 meter LWS,” katanya.
Pengerukan tahap I telah selesai 90 persen. Kedalaman yang diinginkan sudah tercapai walaupun di beberapa titik masih dalam proses pengerukan.
Pengerukan sudah dimulai 1,5 bulan lalu, untuk endapan yang berhasil dikeruk dari alur dengan ukuran panjang 2.000 meter x lebar 80 meter sekitar 1,5 juta meter kubik. Di beberapa titik kedalaman -6,5 meter LWS sudah dicapai. "Mudah-mudahan pada pertengahan Oktober nanti kedalaman -6,5 meter LWS sudah merata," tuturnya.
Setelah kedalaman -6,5 meter LWS dicapai, maka pengerukan tahap II dimulai dengan target kedalaman -10 meter LWS. Pengerukan yang menggunakan kapal jenis cutter suction dredger (CSD) dari Belanda itu menelan biaya Rp200 miliar .
Pandu Pelabuhan Pulau Baai, Indra Gunawan, berharap, dengan alur masuk yang semakin dalam bisa menekan risiko kapal yang kandas. Dalam sehari ada 5-10 kapal yang keluar masuk pelabuhan. "Jika kedalaman alur sudah sesuai, saya yakin jumlah kapal yang kandas bisa berkurang jauh," ujarnya.
Selama ini, pendangkalan di alur masuk pelabuhan Pulau Baai menjadi hambatan keluar-masuknya kapal yang berbobot besar. Hanya kapal-kapal berbobot mati maksimal 1.200 ton saja yang bisa masuk.
Kapal pengangkut batubara, misalnya, tidak bisa sandar di dermaga. Muatan batubara dari truk terpaksa dinaikkan ke kapal tongkang terlebih dulu. Baru kapal tongkang itulah yang muat ke kapal pengangkut yang lebih besar yang lego jangkar di dekat Pulau Tikus sekitar 7,2 kilometer dari pelabuhan.
Selain itu, pendangkalan alur juga sempat menganggu distribusi bahan bakar minyak (BBM) ke Provinsi Bengkulu. Akibatnya, pasokan ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tersendat sehingga terjadi antrean kendaraan. Pertamina terpaksa menggunakan kapal kecil untuk mengangkut BBM.
Seandainya memaksakan diri masuk kapal bertonase besar berisiko karam seperti yang pernah terjadi pada kapal pengangkut minyak sawit mentah (CPO) pertengahan Maret lalu.
Menurut Ade, tidak masuknya kapal pengangkut CPO ke pelabuhan Pulau Baai juga disebabkan karena pendangkalan alur masuk pelabuhan. CPO dari Bengkulu justru diekspor melalui pelabuhan lain di antaranya Teluk Bayur, Sumatera Barat.
Itulah sebabnya ekspor CPO Bengkulu tidak tercatat dalam neraca ekspor impor yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), padahal di Bengkulu terdapat tidak kurang dari 240.000 hektare kebun kelapa sawit. (Admin/MC Kota Bengkulu/Budi)
Langganan:
Postingan (Atom)